Naskah Panggung Boneka: Ditemukan Sang Raja



Sinopsis:
Ditemukan Sang Raja adalah sebuah naskah panggung boneka yang menceritakan perjalanan seekor anak domba yang hilang dari kawanan dan merasa tak lagi berarti. Dalam kebingungan dan ketakutannya, anak domba mencoba mencari jalan pulang, namun kegagalan demi kegagalan membuatnya kehilangan harapan.

Di tengah keputusasaan itu, muncul Sang Raja — sosok penuh kasih, bijaksana, dan penuh kelembutan. Melihat anak domba yang terluka dan tersesat, Sang Raja tidak menghakimi, melainkan mendekat dengan hati penuh penerimaan. Ia merawat luka anak domba, mengangkatnya, dan membawanya kembali ke tempat yang aman.

Sepanjang perjalanan pulang, anak domba belajar bahwa ia tidak pernah benar-benar sendirian. Meski ia sempat lari, menyembunyikan diri, atau merasa kotor dan tak layak, Sang Raja tetap mencarinya. Kasih Sang Raja tidak bergantung pada performa atau kebaikan anak domba, tetapi lahir dari karakter-Nya yang penuh belas kasih.

Naskah ini mengajak anak-anak (dan para penontonnya) untuk memahami bahwa setiap orang berharga di mata Raja Semesta. Bahkan ketika kita merasa hilang, terluka, atau gagal, Sang Raja selalu datang untuk menemukan, memulihkan, dan membawa kita kembali ke rumah-Nya.

Durasi: 2 babak × ±15 menit

Tokoh Boneka:
  • Gemi (gembala)
  • Domi (domba kecil)
  • Bani (anak 9–10 tahun)
  • Malaikat Mika

Peran Manusia:
  • Kak Rinna (host / jembatan ke anak-anak)

Media sederhana yang bisa digunakan:
  • Senter untuk cahaya malaikat
  • Kain putih sebagai cahaya atau awan malaikat
  • Background karton sederhana (padang rumput & kota Betlehem)
  • Musik lembut (instrumental natal)


BABAK 1 — “Gembala yang Dilupakan”

(± 15 menit)


[OPENING]

(Panggung kosong. Musik lembut. Kak Rinna masuk.)

Kak Rinna:
“Halo adik-adik! Hari ini kakak punya cerita spesial. Tapi… kakak nggak bisa ceritain sendirian.
Ada teman kakak yang mau muncul, tapi dia pemalu.
Ayo kita panggil sama-sama ya…
1…2…3… GEMIIII!”

(Boneka Gemi muncul pelan, kepala mengintip dulu.)

Gemi:
“Eh… sudah ramai? Aku kira cuma Kak Rinna.”

Kak Rinna:
“Kamu kan gembala pemberani, masak takut sama anak-anak?”

Gemi:
“Bukan takut… cuma… ya… aku biasa diabaikan. Kalau datang ke kota, orang-orang cuma lewat begitu saja.”

Kak Rinna (ke anak-anak):
“Adik-adik, pernah ngerasa nggak sih… kayak nggak diperhatiin?”

(Izinkan 1–2 anak jawab singkat)


[MASUK DOMI]

(Suara domba “meeeek!” dari belakang. Domi muncul.)

Domi:
“Gemi! Gemi! Aku mau ngasih tahu sesuatu!”

Gemi:
“Hah? Kamu ngomong apa, Dom? Kamu kan domba.”

Domi:
“Aku cuma bilang… kamu itu hebat kok! Kamu jagain aku dari serigala semalaman!”

Kak Rinna:
“Wah, gembala itu penting ya? Siapa di sini kalau punya hewan peliharaan mau dijaga baik-baik?”

(Anak-anak angkat tangan)

Gemi:
“Hmmm… ya memang aku jagain Domi. Tapi itu tidak membuat orang menghargai aku.”

Domi:
“Aku sih menghargai kamu!”

Gemi:
“Makasih, Dom… tapi kadang itu belum cukup rasanya.”


[MOMEN MALAIKAT — TITIK PUNCAK BABAK 1]

(Lampu diredupkan. Musik malaikat. Senter putih diarahkan ke panggung. Malaikat Mika muncul.)

Malaikat Mika:
“Gembala Gemi… jangan takut!”

Gemi:
“WAAA!!! Cahaya apa itu?! Domi, jangan tinggalkan aku!”

Domi:
“Aku takut juga!”

Malaikat Mika:
“Aku membawa BERITA SUKACITA bagi semua orang!
Hari ini, di kota Daud, telah lahir Juruselamat, Kristus Tuhan.”

(Pause sejenak untuk efek dramatis.)

Malaikat Mika (lanjut):
“Dan Tuhan memilih kalian, para gembala—yang sering dianggap rendah—untuk mendengarnya terlebih dahulu.”

Gemi (terkejut):
“K-kami? Yang pertama?”

Domi:
“Benarkah? Tapi kami kan cuma gembala…”

Malaikat Mika:
“Karena Tuhan mengasihi kalian.
Pergilah, dan temukan bayi Yesus yang dibungkus kain lampin dan terbaring di palungan.”

(Malaikat pergi perlahan.)


[SETELAH MALAIKAT]

Gemi:
“Dom… Tuhan beneran lihat kita?”

Domi:
“Sepertinya begitu. Dia bahkan kirim malaikat!”

Gemi:
“Kalau begitu… ayo! Kita cari bayi Yesus!”

(Gemi dan Domi bersiap berjalan.)

Kak Rinna:
“Adik-adik… menurut kalian, kenapa ya Tuhan mau datang duluan ke gembala-gembala?”

(Biarkan 2–3 anak jawab.)

Kak Rinna:
“Betul! Karena Tuhan sayang semua orang—yang direndahkan, yang diabaikan, yang merasa kecil.”

Gemi:
“Yuk Dom! Kita menuju Betlehem!”

(Mereka berjalan keluar panggung. Musik kecil. Babak 1 selesai.)


BABAK 2 — “Anak yang Merasa Tak Dilihat”

(± 15 menit)


[PEMBUKAAN]

(Kak Rinna masuk kembali.)

Kak Rinna:
“Tadi kita lihat bagaimana Tuhan melihat para gembala.
Sekarang kakak punya teman lain yang sering merasa… tidak dilihat.”

“Yuk kita panggil bareng-bareng:
1…2…3… BANIII!”

(Bani muncul. Gerakannya lemas.)


[MASUK BANI]

Bani:
“Hi… aku Bani. Kadang aku merasa nggak penting.”

Kak Rinna:
“Kenapa bilang begitu?”

Bani:
“Soalnya di rumah, Mama selalu bilang:
‘Lihat kakakmu tuh! Nilainya bagus. Kamu kapan bisa begitu?’
Terus di sekolah, temen-temen bilang aku aneh. Mereka nggak mau main sama aku.”

(Anak-anak terlihat simpati.)

Kak Rinna (ke anak-anak):
“Adik-adik, kalau dibanding-bandingin sama kakak atau teman, rasanya gimana?”

(Biarkan anak-anak jawab: “sedih”, “marah”, “nggak enak”)


[MASUK KEMBALI GEMI & DOMI]

(Gemi dan Domi kembali dari sisi panggung, seolah-olah masuk ke dunia Bani.)

Gemi:
“Hei, kok sedih, Ban? Aku dengar kamu merasa nggak dilihat.”

Bani:
“Hah? Kamu kan gembala dari cerita tadi?”

Gemi:
“Iya! Dan aku juga sering nggak dianggap.
Sampai akhirnya Tuhan kirim malaikat buat bilang kalau aku berharga!”

Domi:
“Iya! Kami yang pertama dipanggil!”


[PARAREL EMOSI]

Bani:
“Tapi kalau temen-teman tetap nggak mau main sama aku… apakah aku tetap berharga?”

Gemi:
“Tetap! Karena nilai kamu bukan ditentukan dari apa kata orang.”

Domi:
“Kamu berharga karena Tuhan yang bilang begitu!”

Kak Rinna:
“Adik-adik, siapa yang percaya bahwa Tuhan lihat kalian satu-satu?”

(Anak-anak angkat tangan.)


[KLIMAKS – PENEMUAN NILAI DIRI DALAM KASIH KRISTUS]

Gemi:
“Bani, aku mau ceritain sesuatu.
Waktu aku melihat bayi Yesus… hatiku penuh terang.
Aku sadar… meskipun aku cuma gembala yang direndahkan,
Tuhan memilih untuk datang kepadaku.

Bani:
“Berarti… Tuhan juga lihat aku… walau orang lain tidak?”

Gemi:
“Betul sekali!”

Domi:
“Tuhan sayang kamu, Bani!”

Bani:
“Aku jadi lebih lega… Tuhan ternyata peduli sama aku…”


🎉 PENUTUP INTERAKTIF

Kak Rinna:
“Adik-adik, yuk kita bilang sama-sama:
‘Tuhan lihat aku dan Tuhan sayang aku!’
Siap, bareng-bareng ya!”

(Anak-anak ulangi bersama.)

Kak Rinna:
“Gemi, Domi, dan Bani belajar bahwa Tuhan tidak melewatkan satu pun dari kita.
Baik gembala yang dianggap kecil… maupun anak yang merasa tidak dipedulikan.
Semua Tuhan lihat. Semua Tuhan kasihi.”

(Semua boneka melambai ke penonton.)

SEMUA TOKOH:
“Selamat Natal! Tuhan Yesus memberkati!”

Posting Komentar

0 Komentar